Tuesday, April 19, 2016

Efektivitas Dan Mutu Sekolah





PEMBAHASAN
EFEKTIFITAS DAN MUTU SEKOLAH

A.    Pengertian Efektivitas Sekolah
Dalam memaknai efektivitas setiap orang dapat memberi arti yang berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan-kepentingan masing-masing. Secara umum teori keefiktivitasan berorientasi pada tujuan. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektivitas seperti yang dikemukakan oleh Aan Komariah (2005), menurut Etzioni bahwa keefektivitas adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, sedangkan Steers menekankan keefektivitas ialah perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur, atau mujarab, dapat membawa hasil. Jadi efektifitas yaitu adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektifitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan dan personel lainnya; siswa, kurikulum, sarana-prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan atau kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan.
Berbagai kelemahan yang berkembang di masyarakat dan dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, maka sekolah di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupannya dimasa depan, yaitu:
1.      Kompetensi keagamaan
2.      Kompetensi akademik
3.      Kompetensi ekonomi
4.      Kompetensi sosial pribadi

B.     Konsep Sekolah Efektif
Sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain. Asas terpenting dan menjadi landasan bergerak dalam pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah pernyataan bahwa “semua anak dapat belajar”. Hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa sekolah merupakan wahana yang menyediakan tempat yang terbaik bagi anak untuk belajar. Artinya semua upaya manajemen dan kepemimpinan yang terjadi di sekolah diarahkan bagi usaha membuat seluruh peserta didik belajar.
Esensi yang terkandung pada paragraph diatas adalah fungsi sekolah sebagai tempat belajar yang memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengalaman pembelajaran yang bermutu bagi peserta didiknya. Sekolah efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya. Mutu pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan tersebut merupakan produk akumulatif dari seluruh layanan yang dilakukan sekolah dan pengaruh dari suasana atau iklim yang kondusif yang diciptakan di sekolah. Sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain.

1.      Sekolah Efektif dalam Perspektif Mutu Pendidikan
Penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konsteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah efektif. Dilingkungan sistem persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu pendidikan di sekolah secara sederhana dilihat dari perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila sebagian besar atau seluruh siswanya memperoleh angka atau nilai yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif.
Kemampuan umum yang dimiliki seorang anak biasanya dipergunakan sebagai predictor untuk menjelaskan tingkat kemampuan menyelesaikan program belajar, sehingga kemampuan ini sering disebut sebagai scholastic attitude atau potensi akademik. Seorang siswa yang memiliki potensi akademik yang tinggi diduga memiliki kemampuan yang tinggi pula untuk menyelesaikan program-program belajar atau tugas-tugas belajar pada umumnya di sekolah, dan karenanya diperhitungkan akan memperoleh prestasi yang diharapkan. Sementara itu, kemampuan khusus atau bakat dijadikan predictor untuk berprestasi dengan baik dalam bidang kajian khusus seperti dalam bidang karya seni, musik, akting dan sejenisnya. Atas dasar pemahaman ini, maka untuk memperoleh mutu pendidikan sekolah yang baik, para siswa yang dilayaninya harus memiliki potensi yang memadai untuk menyelesaikan program-program belajar yang dituntut oleh kurikulum sekolah.
Kemampuan profesional guru direfleksikan pada mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar. Kondisi ini sering dipengaruhi oleh:
(a)    tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran dan penguasaan struktur konsep-konsep keilmuannya
(b)   metode, pendekatan, gaya atau seni dan prosedur mengajar
(c)    pemanfaatan fasilitas belajar secara efektif dan efisien
(d)   pemahaman guru terhadap karakteristik kelompok dan perorangan siswa
(e)    kemampuan guru menciptakan dialog kreatif dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
(f)    kepribadian guru. Atas dasar analisis tersebut, maka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus disertai dengan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan professional dan memperbaiki kualitas kepribadian gurunya.

Budaya sekolah adalah seluruh pengalaman psikologis para siswa (social, emosional, dan intelektual) yang diserap oleh mereka selama berada dalam lingkungan sekolah. Respon psikologis keseharian siswa terhadap hal-hal seperti cara guru dan personil sekolah lainnya bersikap dan berprilaku, implementasi kebijakan sekolah, kondisi dan layanan warung sekolah, penataan keindahan, kebersihan dan kenyamanan kampus, semuanya membentuk budaya sekolah. Aspek penting yang turut membentuk budaya sekolah adalah kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan sekolah yang efektif merupakan sumber nilai dan semangat, sumber tatanan dan prilaku kelembagaan yang berorientasi kearah dan sejalan dengan pencapaian visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah hendaklah seorang yang memiliki visi dan misi kelembagaan, memiliki kemampuan konseptual, memiliki keterampilan dan seni dalam hubungan manusia, menguasai aspek-aspek teknis dan substantive pekerjaannya, memiliki semangat untuk maju serta memiliki semangat mengabdi dan karakter yang diterima oleh lingkungannya.

2.      Sekolah efektif dalam Persepektif Manajemen
Manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Tindakan-tindakan manajemen tersebut bersumber pada kebijakan dan peraturan-peraturan yang disepakati bersama yang diwujudkan dalam bentuk sikap, nilai dan perilaku dari seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Tindakan-tindakan manajemen tidak berlangsung dalam satu isolasi, melainkan terjadi dalam satu keutuhan kompleksitas sistem. Apabila dilihat dalam perspektif ini, maka dimensi sekolah efektif meliputi:
(1)   Layanan belajar bagi siswa
(2)   pengelolaan dan layanan siswa (sarana dan prasarana sekolah)
(3)   program dan pembiayaan
(4)   partisiapsi Masyarakat
(5)   Budaya sekolah.

3.      Sekolah Efektif dalam perspektif Teori Organisme
Menurut O’Neil yang dikutip dari Suyanto, sekolah efektif mampu mewujudkan apa yang disebut sebagai “Self-renewing schools” atau “adaptive schools” yaitu suatu kondisi dimana kelembagaan sekolah sebagai suatu entitas mampu menangani permasalahan yang dihadapinya sementara menunjukkan keabilitasnya dalam berinovasi. Menurut teori organisme, dunia ini bukan benda mati, melainkan merupakan suatu energi yang memiliki kapasitas berubah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam perspektif ini, maka bentuk kehidupan apapun hanya akan bertahan apabila organisme itu mampu memberikan respon yang tepat untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Kondisi ini berlaku untuk sekolah, dimana Garmston dan Wellman menyebutnya sebagai “The Adaptive Organism”.

C.    Karakteristik dan Indikator Sekolah Efektif
Tidak semua sekolah yang memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Ini sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing-masing komponen, terutama bermuara pada ketercapaian output sekolah, yaitu lulusan yang bermutu sebagai sentral tujuan pendidikan.
Komponen-komponen pendukung, pelaksana dan penentu keberhasilan lulusan perlu mendapat perhatian dan kepuasan, akan tetapi hasil akhir dari sistem pendidikan itu adalah ditujukan pada lulusan. Lulusan yang menampakkan kompetensi yang dipersyaratkan adalah lulusan yang sesuai dengan kriteria sekolah efektif. Namun demikian, kebermutuan pada komponen pendukung, pelaksana dan penentu keberhasilan lulusan menjadi indicator yang turut menentukan keberhasilan pendidikan.
Selanjutnya, ada beberapa ciri penting bagi sekolah yang efektif menurut Sackney yang dikutip oleh Suyanto, yaitu:
1.      Adanya visi dan misi yang dipahami bersama oleh komunitas sekolah yang dari sini dapat dirinci lagi, menjadi:
·         Adanya sistem nilai dan keyakinan yang saling dimengerti oleh komunitas sekolah
·         Adanya tujuan sekolah yang jelas
·         Adanya kepemimpinan isntruksional
2.      Iklim belajar yang kondusif di sekolah yang meliputi:
·         Adanya keterlibatan dan tanggung jawab siswa
·         Lingkungan fisik yang mendukung
·         Prilaku siswa yang positif
·         Adanya dukungan keluarga dan masyarakat terhadap sekolah.
3.      Ada penekanan pada proses belajar, yang terdiri dari:
·         Memusatkan diri pada kurikulum dan instruksional
·         Ada pengembangan dan kolegialitas para guru
·         Adanya harapan yang tinggi dari komunitas sekolah
·         Adanya pemantauan yang berulang-ulang terhadap kemajuan belajar

Sekolah efektif diidentifikasikan sebagai sekolah yang dapat menyelenggarakan proses belajar yang efektif karena ciri khas dari lembaga sekolah adalah terjadinya proses belajar mengajar.
Konsep desentrasilasi dalam pendidikan muncul sejalan dengan perkembangan pola berpikir masyarakat sebagai salah satu dampak pembangunan pendidikan. Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, berarti Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan termasuk didalamnya penyelenggaraan sistem pendidikan, kecuali dalam kewenangan politik luar negeri, pertahanan keamanan, moneter, serta agama seperti yang disebutkan dalam pasal 10 ayat 3, Perluasan kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan dan memberikan  manfaat lebih luas kepada masyarakat maupun kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas organisasi daerah.
Pengembangan desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional bukan berarti setiap daerah mengembangkan program pendidikan masing-masing dengan melepaskan diri dari pemerintahan pusat, pengembangan desentralisasi disini dimaksudkan bahwa pemerintah pusat memberikan pengakuan yang lebih besar terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kepentingan masing-masing daerah. Secara operasional, sekolah efektif memiliki keleluasaan untuk mengembangkan program-program yang sudah dirancangnya bersama untuk mewujudkan prestasi sekolah yang unggul. Para pemimpin tidak lagi sungkan melontarkan ide cemerlangnya yang berbeda dari biasanya untuk membangun sekolah.
Desentralisasi menjadi peluang besar untuk menciptakan sekolah yang efektif. Hal yang pokok berkenaan dengan keterkaitan antara sekolah efektif dan desentralisasi adalah bahwa sekolah efektif mensyaratkan sumber daya professional yang memiliki kemandirian dan dapat memberdayakan semua kemampuannya. Persoalannya sekarang adalah dapatkah pemimpin memanfaatkan dan memiliki kesadaran penuh bahwa tugas dan tanggung jawabnya untuk membangun bangsa dimulai dari kebijakan-kebijakan kepemimpinannya untuk menciptakan profesionalisme yang memiliki kemandirian dan dapat memberdayakan berbagai potensi yang ada.
Membangun budaya sekolah agar suatu sekolah menjadi sekolah efektif merupakan tantangan bagi daerah dalam menangani otonomi pendidikan. Semasa sentralisasi pendidikan, sekolah-sekolah dikelola tanpa memperhatikan efektivitas suatu sekolah. Bahkan ada suatu tolak ukur yang amat trivial, dan sebenarnya misleading bagi proses pendidikan di sekolah, dimana pencapaian prestasi sekolah selalu dikaitkan dengan NEM. Akibatnya, segala daya yang dimiliki sekolah dikerahkan sedemikian rupa agar memperoleh hasil NEM yang tinggi, bahkan proyek-proyek perbaikan kualitas sekolah juga memiliki parameter peningkatan NEM. Dan yang lebih fatal lagi masyarakat juga sangat menikmati kebijakan itu, sehingga jika seorang anak memiliki NEM yang tinggi orang tua anak bersangkutan sangat bangga mempedulikan kerusakan aspek efektif pada diri anak. Dalam era otonomi pendidikan, keadaan ini harus diubah. Sekarang ini telah lahir paradigma baru mengenai keberhasilan seseorang dalam kehidupan masyakarat yang nyata.








DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosdakarya, Bandung, 2005
Indra Jati Sidi, 2003, Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta, Paramadina
Mukhtar, 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bahan Ajar Akta 104/3 SKS/Modul 1-13, Pusat Penerbitan Program Akta Mengajar Bidang Studi Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi
Suyanto, Internet: Http://www.dikdasmen.org/sekolah efektif.html-11k
Taylor, (Ed), 1990, Case Studies in Effective School Reseach. Kendal/Hunt Publishing Company
Tola dan Furqon.2002 Internet:http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/htm
Walter W Mc.Mahon, 2004, Sistem Informasi Manajemen Berbasis Efisiensi, Nunik Nurjanah, Jakarta, Logos

No comments:

Post a Comment

Organisasi Perkantoran

  Organisasi Perkantoran