Tuesday, April 19, 2016

Total Quality Manajemen



PEMBAHASAN

A.    Pengertian Total Quality Manajemen
Menurut Sallis (2008:73), Total Quality Manajemen atau yang disingkat dengan TQM adalah sebuah filosofi tentang perberbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap instutusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, kenginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM adalah  suatu keinginan untuk selalu mencoba mengerjakan segala sesesuatu dengan selalu baik sejak awal. TQM tidak menyediakan kesempatan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. TQM bukan mengenai bagaimana cara mengerjakan agenda orang lain, melainkan agenda yang telah ditetapkan oleh pelanggan dan klaen. TQM bukanlah sebuah tugas yang hanya di kerjakan manajer senior yang selanjutnya menberikan arahan pada bawahannya. Kata total (terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatkan secara terus menerus. Kata Manajemen dalam TQM berlaku bagi setiap orang, dalam sebuah institusi, apapun status, posisi atau perannya, adalah manajer bagi tanggungjawabnya masing-masing.
Menurut Mulyasa (2005: 224) pengertian dari TQM adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan pada biaya sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus menurun. Lebih lanjut Mulyadi mengemukakan bahwa TQM merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh (bukan suatu bidang atau program terpisah) dan merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi.




B.     Total Quality Manajemen dalam Pendidikan Islam
Menurut Baharuddin (2010: 30) mengatakan manajemen mutu terpadu atau Total Quality Manajemen merupakan salah satu pola manajerial dalam upaya merespon perubahan masyarakat, yang terjadi begitu cepat dan terus menerus. Konsep ini menerapkan pendekatan baru dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan.
Penerapan Total Quality Manajemen dalam pendidikan Islam, tentu bertumpu pada asumsi, bahwa sekolah sebagai organisasi penyelenggara pendidikan meruapakn penghubung guru dan peserta didik. Hubungan antara keduanya diwujudkan dalam suatu proses kegiatan pendidikan. Guru dipandang sebagai bagian yang paling dekat dengan pelanggan, tentu merupakan sasaran yang paling tepat untuk memperbaiki proses, dalam manajemen ini memiliki peranan yang strategis dalam peningkata mutu.
Salah satu konsep dasar Total Quality Manajemen dalam pendidikan adalah konsep tim, artinya para anggota organisasi pendidikan dalam satuan pendidikan, bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk suatu tujuan yang ditetapkan dengan fokus kualitas pelanggan belajar, yang berimplikasi pada kualitas lulusan sebagai produk dari pendidikan. Prinsip esensial dari TQM adalah upaya mengerjakan sesuatu dengan benar dari sejak awal setiap waktu, serta memfokuskan pada spesifikasi apa yang diharapkan oleh pelanggan dan klien.
Dalam konsep TQM organisasi dipandang sebagai suatu sistem yang memiliki input, proses dan output. Produk merupakan hasil suatu proses yang menggabungkan paling sedikit empat unsur, yaitu mesin, metode, material, dan manusia. Dapat juga dikatan bahwa TQM tidak menghendaki organisasi terlalu berorientasi hasil produk, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana dengan proses yang baik dan sehat serta sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi. Selain itu diharapakan dapat menghasilkan produk pendidikan yang unggul.
Klien dalam pendidikan adalah para peserta didik, sedangkan pelanggan adalah mereka yang membayar pendidikan seperti orang tua dan pemerintah dan lainnya. Dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam,

 Berkaitan dengan konsep pelanggan internal dan eksternal tersebut, maka dalam manajemen pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik kualitas pendidikan antara lain: manusia, metode, kebijaksanaan, material, perlengkapan yang digunakan, dukungan anggaran sesuai kebutuhan dan faktor lain yang dapat memberikan kepuasan mutu yang diperolehnya.

C.    Penerapan TQM Sebagai Upaya Peningkatan Mutu pendididkan
TQM  disekolah adalah upaya peningkatan mutu pendidikan. Jadi penerapan TQM bukan sekadar program manajemen yang di tunjukan untuk pelengkap dan pemanis kegiatan saja, melainkan memang di butuhkan untuk meningkatkan kualitas produktiitas kerja. TQM menganut prinsip kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang menejemen erdasakan fakta. Dan perbaikan berkesinambungan. Ada beberapa yang harus di terapkan dalam kegiatan organisasi yang merupakan unsur yang berfugsi saling mendukung dan menbentuk bangunan TQM yaitu sebagai berikut .
1.      Kerja Tim
Kerja sama merupakan suatu bentuk kekompakan pada sebuah tim atau kelomppok. Kerja sama dilakukan oleh seluruh warga sekolah, baik itu itu pihak internal maupun pihak eksternal. Pihak internal terdiri dari: kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan sekolah. Sementara pihak eksternal terdiri dari: peran serta masyarakat.
2.      Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membibing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama. Pengertian pendidikan bersifat universal, berlaku, dan terdapat kepemimpinan di berbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.
Pengertian umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapaat menpengaruhi,mendorang, mengajak, menuntun, dan memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh tersebut, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat menbantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.
3.      Adanya komonikasi
Komonikasi adalah penyampaian informasi, ide atau gagasan, pendapat, dan saran-saran guna melancarkan kerja samaa sekelompok orang untuk mencapaai tujuan tertentu. Komoonikasi menpuyai peranan yang sangat penting. Komonikasi yang efektif hanyaa akan berlangsung apabila setip induvidu menperlakukan induvidu yang lain sebagai subjek yang dilakukan dalam  bentuk saling menghormati, saling menghargai dan saling menpercayai.




D.    Implementasi TQM dalam lembaga pendidikan
Menurut zahroh (2014:93) mutu dapat di ukur dari kepuasan pelanggan atau pengguna pendidikan. Beranjak dari hal tersebut maka implementasi TQM dilembaga pendidikan ada beberapa hal yang harus di perhatikan  pertama adanya perbaikan terus – menerus.
Kedua adanya standar mutu setiap lembaga pendidikan atau sekolah pasti menpunyai standar tersenderi untuk mengembangkan mutu lembaganya tersebut.adanya standar itu bertujuan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan mutu.
Ketiga adanya perubahan budaya ataau kultur. Pada tahap ini lembaga pendidikan harus padai menyeleksi budaya atau kultur yang ada pada lembaganya.
Keempat adanya perubahan organisasi, yang dianggap kurang efektif hendaknya juga di tinggalkan. Organisasi harus di arahkan pada upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. Semua anggota organisasi harus aktif dan selalu mengadakan kerja sama dalam upaya peningkatan mutu. Perubahan organisasi itu harus bersifat menyeluruh.
Kelima, adanya usaha untuk mempertahankan hubungan baik dengan para pelanggan. Hubungan baik dengan para pelanggan pendidikan memang seharusnya selalu dijaga dengan baik, harus ada komunikasi yang terjalin antara pihak lembaga pendidikan atau sekolah dengan pelanggan pendidikan.
Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya menempuh tiga tahapan sebagai berikut:
a.       Persiapan
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah membentuk tim dan melaksanakan pelatihan TQM bagi tim.
b.      Pengembangan Sistem
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sisitem dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Peninjauan dan pengembangan model atau sisitem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan serta melakukan penyiapan akhir baik sember daya manusia maupun nonmanusian secara cermat dan akurat dalam memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.
c.       Implementasi Sistem
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah sebagai berikut: melaksanakan uji coba sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu berdasarkan siklus PDCA (plan, do, check, act)., anggota tim menginformasikan kepada pimpinan maupun steering commite dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan secara rinci, tim mengumpukan data dan informasi dari pelanggan, melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan dan melaksanakan rapat pemimpin dan pelaksanaan sisitem jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh balikan yang ada untuk menghasilkan atau membuat modifikasi proses yang diharapkan secara terus menerus dan berkesinambungan.

E.     Penerapan Total Quality Managemen dalam Proses Pembelajaran

Menurut zahroh (2014:125) Dalam proses pembelajaran, guru merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan. Proses pendidikan dan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik tanpa peran guru. Dalam proses pembelajaran, guru berperan paling menentukan melebihi metode atau materi. Peranan Total Quality Management (TQM) dilembaga pendidikan atau sekolah adalah mengatur dan mengelola tugas guru pada proses pembelajaran.
Peranan TQM di lembaga pendidikan atau sekolah akan dikelola dan diatur dengan baik mulai dari masalah perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran lebih diarahkan pada keaktifan siswa, dan tahap terakhir; yaitu pengadaan evaluasi pembelajaran.

1.      Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun, yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Perencanaan pembelajarn adalah pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasarn dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahab perilaku serta rangkain kegiatan yang harus dilaksanakan sebagi upaya pencapain tujuan tersebut dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada.
2.      Peleksanaan Pembelajaran Berbasis siswa
Pembelajaran berbasis siswa adalah proses pembelajaran yang di tekankan pada keaktifitan siswa yang meliputi aspek koqnitif,afektif dan psikomotor, dalaam pembelajaran. Dengan demikian dalam pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai faktor utama. Dengan kata lain, di tempatkan siswa dalam proses pembelajaran sebaagaai saabjek belajaar yang meliki potensi dan proses pembelajaran, seharusnya di arahkan untuk menberikan pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap siswa harus memiliki pengalaman belajar secara optimal.
3.      Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas
Salah satu hal yang sangat penting dalam pendidikan adalah adanya evaluasi yang baik. Hal ini karena dengan evaluasi dapat diketahui ditentukan tingkat keberhasilan sekaligus juga dapat diukur seberapa jauh hasi-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi dimaksukan untuk menperoleh informasi mengenai jarak situasi yaang ada dan di harapkan.
Evaluasi berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran yang dilakukan sebagai proses pengumpulan dan pemanfaatan informasi yang menyeluruh tentang hasil belajar yang di peroleh siswa untuk menetapkan tingkat pencapaiaan dan penguasaan kopetensi seperti yang di tentukan dalam kurikulum dan sebagai upan balik perbaikan proses pembelajaran.

F.     Perbaikan Terus-menerus
Menurut Sallis (2008:76),TQM adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan roda orgaanisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kiaennya. Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan kenginan pelanngan. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hinnga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut.
Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan, kelayakan, jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan menperaktekan TQM, akan mengalami siklus perbaikan secara terus-menurus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbakan terus-menerus, seorang manejer harus menpercai stafnya dan mendelegesi kan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat, hal tersebut bertujuan untuk menberikan staf sebuah tanggang jawab untuk menyampaikan mutu daalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebesan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui.
Menurut Mulyasa (2005: 230) mengatakan perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan kualitas dan proses. Komitmen terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi bersama, serta pemberdayaan semua tenaga kependidikan untuk mewujudkan visi sekolah. Perbaikan berkesinambungan bergantung pada dua unsur yaitu, mempelajari proses, alat, dan keterampilan yang tepat serta menerapkan keterampilan-keterampilan baru tersebut dalam berbagai kegiatan disekolah. Proses perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Siklus ini merupakan siklus perbaikan yang never-ending dan berlaku pada semua kegiatan sekolah, misalnya penerimaan siswa baru, evaluasi akhir, dan penjadwalan pembelajaran.

G.    Kaizen
Menurut Sallis (2008:77-78) Kaizen Adalah perbaikan sedikit demi sedikit (step by step improvement). Esensi kaizen adalah proyek kecil yang berupaya untuk menbangun kesuksesan dan kepercayaan diri, dan mengembangkan dasar peningkatan selanjutnya.
 Joseph Juran pernah berilustrasi tentang proyek besar dan kecil. Dia berpendapat bahwa metode yang paling byek aik untuk mengerjakan proyek besar adalah dengan memisahkan ke dalam pekerjaan-pekerjaan kecil yang terkendali. Dia merekomendasikan sebuah tim kerja untuk memilah-milah proyek besar tersebut menjadi kerja-kerja kecil. Karena, sebagaimana yang kita ketahui, perubahan yang solib dan bertahan lama didasarkan pada kontinuitas rangkain proyek yang kecil dan mungkin. Sebuah institusi harus melakukan aktifitas dengan teliti,proses demi proses, isu demi isu. Dalam jangka tertentu , metode ini lebih berhasil dari pada langsung melakukan perubahan dalam skala besar. Hal lain yang perlu ditekankan untuk melakukan perbaikan mutu adalah bahwa implementasi tersebut tidak harus menjadi proses yang mahal. Menghabiskan uang tidak harus menjadi proses yang mahal. Menghabiskan uang tidak dengan bisa menghasilkan mutu, meskipun dalam tahap-tahap tertentu dapat membantu.

H.    Perubahan Kultur
 Menurut Sallis (2008:78-79) TQM mermelukan perubahan kultur. Ini terkenal sulit untuk di wujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Staf dalam institusi harus memahami dan melaksanakan pesan moral TQM agar bisa membawa dampak. Bagaimanapun juga, perubahan kultur tidak hanya bicara tentaang berubah perilaku staf, tapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah institusi. Perubahan metode tersebut di tandai dengan sebuah institusi. Perubahan metode tersebut ditandai dengan sebuah pemahaman bahwa orang menghasilkan mutu.
Ada hal dua penting yang diperlukan staaf untuk menghasilkan mutu. Pertama, staf membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Membutuhkan alat-alat keterampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Lingkungan yang mengelilingi staf memiliki pengaruh yaang sangat besar terhadap kemanpuan mereka dalam mengerjakan pekerjaan secara tepat dan efektif. Di antara ciri-ciri lingkungan yang membantu tersebut adalah sistem dan produser dalam suatu organisasi memotivasi dan meningkatkan kerja mereka. Prosedur yang baik dan motivatif memang tidak serta-merta akan menghasilkan mutu, namun prosedur yang tidak baik dan salah-asuh justru akan menbuat mutu menjadi sulit dicapai.
Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik, staf memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan membibing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. Motivasi untuk melakukan pekerjaan yang baik adalah hasil dari sebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfir lingkungan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta memberdayakan setitap induvidu di dalamnya.

I.       Organisasi Terbalik
      Menurut Sallis (2008:80-781) kunci sukses kultur adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara pelanggan-produsen. Begitu konsep tesebut dalam genggaman atau berhasil di jalankan, maka ada implikasi yang luar biasa besar terhadap organisasi dan pola hubungan yang ada didalamnya. Dalam kultur TQM, peran manajemen senior dan menengah adalah memberi dukungan dan wewenang kepada para staf dan pelajar, bukan mengontrol mereka. Dalam konteks pendidikan, TQM merubah pola hubungan dengan memberikan sebuah fokus pelanggan yang jelas. Kenyataannya kepemimpinan sangat penting bagi kesuksesan TQM. Hirarki terbalik menekankan pada pola hubungan yang berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi inttitusi.


J.      Menjaga Hubungan Dengan Pelanggan
Menurut Sallis (2008:82-83) misi utama dari sebuah institusi TQM adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Organisasi yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang dalam istilah peters dan Weter-man, menjaga hubungan dengan pelangganya dan memiliki obsesi terhadap mutu, mereka mengakui bahwa perubuhan dan pekerbangan sebuah institusi bersumber dari kesesuain layanan instutusi bersumber dari kesesuain layanan intitusi dengan kebutuhan pelanggan. Mutu harus sesuai dengan harapan dan keinginan dan klien. Mutu adalah sesuatu yang diinginkan pelanggan dan bukan apa yang terbaik bagi mereka menurut institusi. Tanpa pelanggan, tidak akan ada institusi.
Akan tetapi, fokus terhadap pelanggan saja bukan berarti telah memenuhi tuntutan dan persyaratan Mutu terpadu. Organisasi TQM memerlukan strategi yang berjalan untuk memenuhi keperluan pelanggan. Pendidikan menghadapi tantangan yang cukup besar dalam hubunganya dengan para pelanggan eksternal.
Menurut Marylou (2010:87) dalam TQM pengguna apapun dari produk atau jasa depertemen anda dianggap “pelanggan” bahkan orang dalam perusahaan atau agen anda adalah “pelanggan anda” TQM menbedakan orang dalam organisasi anda sebagai pelanggan (internal) dan orang di luar organisasi sebagai pelanggan (eksternal).

K.    Kolega Sebagai Pelanggan
Menurut Sallis (2008:82-783) aspek fokus pelanggan TQM tidak . hanya melibatkan perlunya pemenuhan kebutuhan pelanggaan eksternal. Kolega dalam institusi adalah juga pelanggan, yang memerlukan pelayanan internal agar mereka mampu mengerjakan tugas secara efektif. Setiap orang yang bekerja dalam sekolah, perguruaan tinggi atau universitas adalah penyedia jasa sekaligus pelanggan. Hubungan antar pelanggan internal sangatlah penting agar sebuah institusi berfungsi secara efektif dan efesien. Metode terbaik untuk mengembangkan fokus pelanggan internal adalah membantu induvidu anggota staf agar maampu mengidenfikasi para penerima jasa mereka.


L.     Pemasaran Internal
Menurut Sallis (2008:83-784) Staf adalah pihak yang menbuat perbedaan mutu. Mereka menghasilkan kesuksesan dan memuaskan-kan klien. Pemasaran alat yang berguna untuk menciptakan komonikasi dengaan staf. Hal ini bertujuan agar mereka tahu informasi tentang apa yang terjadi dalam istitusi dan memiliki kesempatan untuk memperbaharui ide-ide mereka. Singkatnya pemasaran internal adalah keharusan agar ide, produk, dan jasa dapat dipasarkan kepada para staf seefektif kepada para klien. Staf tidak menyempaikan pesan institusi terhadap pelanggan potensial tanpa pengetahuaan yang tapat tentang produk dan antuesiasme tehadap tujuan-tujuan institusi. Pemasaran internal adalah sebuah tahap utama dari komunikasi ide. Hal ini merupakan proses yang positif dan pro-aktif yang memerlukan sebuah komitmen memberdayakan agar staf selalu mengetahui informasi dengan terus mendengar pendapat mereka.

M.   Profesionalsme dan Fokus Pelanggan
Menurut Sallis (2008:85-86) ada demensi lain tentang kerja profesional dalam pendidikan yang secara tradisional melihat diri mereka sendiri sebagai pelindung dari mutu dan standar institusi. Penakana TQM pada kedaulatan pelanggan dapat menyebabkan konflik dengan konsep-konsep profesional tradisional. Ini merupakan masalah yang rumit, dan menjadi sesuatu yang perlu di pertimbangkan oleh institusi pindidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu. Pelatihan guru dan konsep-konsep mutu merupakan elemen penting dalam upaya merubah kultur. Staf harus paham bagaimana mereka dan muridnya mendapatkan manfaat daris pokus terhadap pelanggan. Mutu terpadu bukan sekadar menbuat pelanggan senang dan tersenyum. Mutu terpadu adalah mendengarkan dan berdialog tentang kekawatiran dan aspirasi pelanggan. Aspek terbaik dari profesional adalah perhatian serta standar akademi dan kejuruan tinggi. Memadukan aspek terbaik dari profesionalisme dengan mutu terpadu merupakan hal yang esensial untuk mencapai sukses.
Menurut Mulyasa (2005: 228) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalan TQM. Oleh sebab itu, indentifikasi pelanggan pedidikan dan kebutuhan mereka merupakan aspek krusial. Ivancevich (1992) menyatakan bahwa langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Pandangan ini dikenal secra luas tetapi diterima universal.

N.    Mutu Pembelajaran
Menurut Sallis (2008:85-87) Pendidikan adalah tentang pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus menberi penekanan pada mutu pelajar. Itu tidak akan terwujud jika TQM tidak menberi kontribusi yang subtasial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagiaan besar intitusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk menfokuskan diri pada akta aktipitas utama pembelajaran.
Semua pelajar berbeda satu sama lainnya, dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan kecendrungan mereka masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunakan  prosedur mutu terpadu harrus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensasi dalam pembelajaran. Pelajar adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan induvidu masing-masing mereka, maka itu berarti bahwa institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu.
Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk menbuat pelajar sadar terhadap pariasi metode pembelajaran yang di berikan kepada mereka. Institusi pendidikan harus memberi pelajar kesempatan untuk mencontoh pembelajaran yang variasi model yang berbeda. Intitusi harus memahami bahwa beberapa pelajar juga suka kombinasi beberapa gaya belajar dan institusi harus mencoba untuk cukup pleksibel dalam menberikan pilihan tersebut.
Intitusi pendidikan juga perlu menggunakan hasil pengawasan formal untuk menetapkan keabsahan progaramnya. Institusi pendidikan haarus siap untuk melakukan langkah-langkah perbaikan terhadap kinerja pelajar yang belum sesuai dengan harapan  dan keinginan mereka. Sebagaimana yang di ketahui oleh para guru, hal ini bukan hal yang mudah. Karena hal ini bisa saja menjaadi pengalaman emosional dan dapat menbawa perubahan yang tak terduga. Yang perlu di tegaskan adalah langkah-langkah perbaaikan tersebut bertujuan untuk menberikan motivasi dan pengalaman  praktek kepada para pelajar tentang penggunaan TQM yang dapat menyesuaikan diri dalm situasi apapun.

O.    Kenda-kendala Yang Harus Diatasi Ketika Memperkenalkan TQM
Menurut Sallis (2008: 89) kendala yang harus diatasi ketika memperkenalkan TQM adalah kerja keras dan waktu. Karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan.
TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap intuisi. Karena, tidak tertutup kemungkinan manjemen senior sendiri bisa menjadi problem. Kekhawatiran manajer senior dalam mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala utamanya, hal ini merupakan rintangan atau kendala yang sangat serius. Ketika manajer senior tidak mampu mendukung TQM, maka sangat kecil kemungkinan orang lain di organisasi tersebut akan mampu melaksanakannya.
Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi dalam menerapkan TQM. Walupun program-program mutu disampaikan dengan publikasi yang besar-besaran, seringkali program-program tersebut tergilas oleh inisiatif lain. Perlu diperhatikan bahwa meskipun ada tekanan lain, mutu harus selalu menjadi prioritas utama dalam agenda. Dalam hal ini, perencanaan strategis memiliki peranan penting.
Perencanaan strategis dapat membantu staf untuk memahami misi intuisi. Ia juga dapat menjembatani jurang dalam komunikasi. Ada tuntutan bagi para staf untuk mengetahui tujuan intuisi dan bagaimana tujuan tersebut akan berubah dan berbeda dimasa mendatang.
Dalam wikipedia praktek-praktek yang menghambat dalam TQM adalah sebagai berikut:
1.      Pemimpin tidak memberi arah yang jelas
2.      Tidak mengerti atau mengabaikan posisi kompetitif
3.      Bekerja hanya untuk diri sendiri
4.      Kualitas membingungkan dengan kelas
5.      Menerima bahwa tingkat cacat atau kesalahan dalam terelakkan
6.      Perilaku reaktif
7.      Memiliki sikap “itu bukan masalah saya

P.     Faktor yang Mempengaruhi Implementasi TQM

1.      Leadership
Kepemimpinan  adalah  kualitas  yang  harus  dimiliki  seorang pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi perilaku orang banyak, agar  mau  bekerjasama  dalam  mencapai  sesuatu  tujuan. Kepemimpinan  merupakan  salah  satu  pilar  penting  dalam  TQM, karena  organisasi  tidak  ada  artinya  tanpa  kepemimpinan  yang memadai.  Prinsip-prinsip  tersebut  antara  lain  bahwa  pimpinan lembaga  pendidikan  hendaknya  memiliki  tekad  yang  kuat  untuk terus menerus memperbaiki mutu, memiliki sikap pelayanan dengan cara membantu orang-orang dalam lembaganya
2.      Recruitment dan Pelatihan
Staf  yang  bertugas  harus  memiliki  kompetensi  agar  dapat melaksnakan  tugasnya  dengan  baik.  Kualitas  sistem  memerlukan rincian  pemilihan  staf,  pelatihan,  kompetensi  dan  motivasi  serta kebijakan  untuk  pengembangan  karir.  Pengembangan  staf memerlukan suatu  rencana  dari  lembaga  dan  analisa  proses, disamping  sistem  monitoring  dan  evaluasi  efektivitas  program pelatihan jangka panjang dan jangka pendek yang diperlukan dalam program  ini.  Staf  yang  memperoleh  pendidikan  secara  lebih  baik dinilai lebih dapat mengambil bagian dalam peningkatan kualitas.
3.      Sistem Reward
Lembaga  perlu  untuk  merinci  kebijakan  yang  menyangkut kesempatan  yang  sama  dan metode  serta  prosedur  yang  digunakan untuk  mencapai  tujuan.  Kebijakan  atas  kesempatan  yang  sama perlu  juga  diiringi  dengan  sistem  reward  (imbalan,  penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan memungkinkan staf merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
4.      Aturan organisasi
Keberhasilan  penerapan  TQM  dalam  lembaga  pendidikan  lebih banyak  disebabkan  oleh  sistem  dan  prosedur  yang  diorganisir  dan didesain  secara  komprehensif  dan  terintegrasi  dalam  suatu ketentuan yang disepakati dan dapat dilaksanakan secara konsisten dan terpadu.
5.      Budaya Kerja
Setiap orang dalam lembaga bekerja sama dalam mendukung proses transformasi dalam suasana saling menghargai, saling mempercayai, saling  pengertian  dan  saling  membantu  untuk  mencapai  suatu tujuan.  Transformasi  budaya  kerja  merupakan  keterpaduan berbagai  individu  dalam  peran-peran  secara  optimal  sesuai  dengan keahlian  bidang  kerja masing-masing  guna  mewujudkan  sasaran yang telah ditetapkan.

Q.    Karakteristik Total Quality Management (TQM)
Dalam wikipedia Kehadiran TQM sebagai paradigma baru menuntut komitmen jangka  panjang  dan  perubahan  total  atas  paradigma  manajemen tradisional. Secara sederhana, paradigma dapat diartikan cara pandang atau cara berpikir. Secara umum (Tjiptono, 1995: 15 -18) karakteristik TQM adalah sebagai berikut:
1.      Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driver.  Pelanggan  eksternal  menentukan  kualitas  produk  atau  jasa yang  disampaikan  kepada  mereka,  sedangkan  pelanggan  internal menentukan  kualitas  manusia,  proses,  dan  lingkungan  yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2.      Obsesi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal  menentukan  kualitas.  Dengan  kualitas  yang  ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa  yang  ditentukan  tersebut.  Oleh  karena  itu,  karyawan  harus mengerjakan pekerjaan sesuai pembagian
3.      Pendekatan ilmiah
Pendekatan  ilmiah  sangat  diperlukan  dalam  penerapan  TQM, terutama  untuk  mendesain  pekerjaan  dan  dalam  proses pengambilan  keputusan  dan  pemecahan  masalah  yang  berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
4.      Komitmen jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam menjalankan bisnis. Untuk  itu  dibutuhkan  budaya  perusahaan  yang  baru  juga.  Oleh karena  itu,  komitmen  jangka  panjang  sangat  penting  guna mengadakan  perubahan  budaya  agar  penerapan  TQM  dapat berjalan dengan sukses.
5.      Kerja sama tim (teamwork)
Perusahaan yang menerapkan TQM harus membangun kerja sama tim yang baik. Kerja sama dibangun antara karyawan dan manajer dan  antar  karyawan.  Perusahaan  juga  harus  menjalin  kerja  sama secara baik dengan pihak-pihak lain.
6.      Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Setiap  produk  dan  jasa  yang  dihasilkan  dengan  memanfaatkan proses-proses  tertentu  di  dalam  suatu  sistem/lingkungan.  Oleh karena itu, sistem  yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.
7.      Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan  pelatihan bagi perusahaan yang menerapkan TQM adalah  faktor  yang  sangat  fundamental.  Setiap  orang  diharapkan dan  didorong  untuk  terus  belajar.  Dengan  belajar,  setiap  orang dalam  perusahaan  dapat  meningkatkan  keterampilan  teknis  dan keahlian profesionalnya.
8.      Kebebasan yang terkendali
Dalam  TQM  keterlibatan  dan  pemberdayaan  karyawan  dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan dapat meningkatkan rasa memiliki  dan  tanggung  jawab  karyawan  terhadap  keputusan  yang telah dibuat.
9.      Kesatuan tujuan
Agar  TQM  dapat  diterapkan  dengan  baik  maka  perusahaan  harus memiliki  kesatuan  tujuan.  Dengan  demikian  setiap  usaha  dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
10.  Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Ada dua manfaat yang bisa diambil dengan adanya keterlibatan dan pemberdayaan  karyawan.  Pertama,  hal  ini  dimungkinkan  untuk mendapatkan  keputusan  yang  baik,  rencana  yang  lebih  baik,  atau perbaikan  yang  lebih  efektif  pula.  Kedua,  keterlibatan  karyawan juga  meningkatkan  rasa  memiliki  dan  tanggung  jawab  atas keputusan  dengan  melibatkan  orang-orang  yang  harus melaksanakannya.

R.    Filosofi Baru
Menurut Prawirosentono (2007: 10) dalam bukunya yang berjudul Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu bahwa para manager atau pemimpin harus membuat produk dengan mutu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tujuannya agar produk yang dibuat dapat dipakai dalam masyarakat karena produk mempunyai mutu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dasar dari filosofi mutu produk mempunyai beberapa prinsip sebagai berikut:
1.      Tidak ada pendekatan tunggal untuk memecahkan masalah mutu produk dalam organisasi
2.      Produk bermutu prima hanya dihasilkan oleh organisasi yang mempunyai struktur organisasi yang baik, proses produksi yang andal, dan manajemen pembelian bahan baku yang juga sangat baik.
Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan. Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut.
1.      Curah pendapat (sumbang saran) – Brainstorming, adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2.      Diagram alur (bagan arus proses), adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
3.      Analisis SWOT, adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4.      Ranking preferensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5.      Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat), merupakan alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6.      Penilaian kritis, adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.
7.      Benchmarking, adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
8.      Diagram analisa medan daya (bidang kekuatan), merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah atau peluang.
Manfaat Penerapan TQM diorganisasi menurut wikipedia adalah dengan  menerapkan  TQM maka  akan  dapat meningkatkan efisiensi,  mengurangi  biaya,  memperbaiki  moral  dosen,  karyawan  dan mahasiswa,  meningkatkan  produktivitas,  mengurangi  pengerjaan  ulang, memperbaiki  proses,  mencapai  kerjasama  yang  baik,  memperbaiki  komunikasi karyawan,  mengurangi  masalah  mutu,  memperbaiki  kesadaran  mutu, pendokumentasian  system  mutu,  memperbaiki  system  mutu,  memenuhi  kepuasan  stakeholder, kepuasan  stakeholder  lebih baik, memperbaiki keyakinan stakeholder, dan memperbaiki citra publik.











PENUTUP

A.    Kesimpulan
TQM adalah  suatu keinginan untuk selalu mencoba mengerjakan segala sesesuatu dengan selalu baik sejak awal. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hinnga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. Jepang memiliki satu kata dalam yang menjelaskan perbaikan terus menerus yaitu kaizen. TQM mermelukan perubahan kultur. Ini terkenal sulit untuk di wujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode.
kunci sukses kultur adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara pelanggan-produsen. Begitu konsep tesebut dalam genggaman atau berhasil di jalankan, maka ada implikasi yang luar biasa besar terhaadap organisasi dan pola hubungan yang ada didalamnya. Dalam kultur TQM, peran manajemen senior dan menengah adalah memberi dukungan dan wewenang kepada para staf dan pelajar, bukan mengontrol mereka. Organisasi yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang dalam istilah peters dan Weter-man, menjaga hubungan dengan pelangganya dan memiliki obsesi terhadap mutu, mereka mengakui bahwa perubuhan dan pekerbangan sebuah institusi bersumber dari kesesuain layanan instutusi bersumber dari kesesuain layanan intitusi dengan kebutuhan pelanggan.
Kendala yang harus diatasi ketika memperkenalkan TQM adalah kerja keras dan waktu. Karena jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Prawirosentono Suryadi. 2007. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Zahroh Aminatul. 2014. Total Quality Manajemen. Jakarta: AR-Ruzz Media
Sallis Edward. 2008. Total Quality Manajemen. Jogjakarta: IRCiSoD
Joann B. Haberer & Marylou.2010. Total Quality Manajemen. Jakarta:PT Indeks
Baharuddin & Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press
Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

No comments:

Post a Comment

Organisasi Perkantoran

  Organisasi Perkantoran