PEMBAHASAN
A.
Pengertian Total Quality Manajemen
Menurut Sallis (2008:73), Total Quality Manajemen atau yang
disingkat dengan TQM adalah sebuah filosofi tentang perberbaikan secara
terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap
instutusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, kenginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM adalah suatu keinginan untuk selalu mencoba
mengerjakan segala sesesuatu dengan selalu baik sejak awal. TQM tidak
menyediakan kesempatan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. TQM bukan
mengenai bagaimana cara mengerjakan agenda orang lain, melainkan agenda yang
telah ditetapkan oleh pelanggan dan klaen. TQM bukanlah sebuah tugas yang hanya
di kerjakan manajer senior yang selanjutnya menberikan arahan pada bawahannya.
Kata total (terpadu) dalam TQM
menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam
upaya melakukan peningkatkan secara terus menerus. Kata Manajemen dalam TQM
berlaku bagi setiap orang, dalam sebuah institusi, apapun status, posisi atau
perannya, adalah manajer bagi tanggungjawabnya masing-masing.
Menurut Mulyasa (2005: 224) pengertian
dari TQM adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang
bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan pada biaya
sesungguhnya yang secara berkelanjutan terus menurun. Lebih lanjut Mulyadi mengemukakan
bahwa TQM merupakan pendekatan sistem secara menyeluruh (bukan suatu bidang
atau program terpisah) dan merupakan bagian terpadu strategi tingkat tinggi.
B.
Total Quality Manajemen dalam Pendidikan Islam
Menurut Baharuddin (2010: 30) mengatakan
manajemen mutu terpadu atau Total Quality Manajemen merupakan salah satu pola
manajerial dalam upaya merespon perubahan masyarakat, yang terjadi begitu cepat
dan terus menerus. Konsep ini menerapkan pendekatan baru dalam mengelola sebuah
lembaga pendidikan.
Penerapan Total Quality Manajemen dalam
pendidikan Islam, tentu bertumpu pada asumsi, bahwa sekolah sebagai organisasi
penyelenggara pendidikan meruapakn penghubung guru dan peserta didik. Hubungan
antara keduanya diwujudkan dalam suatu proses kegiatan pendidikan. Guru
dipandang sebagai bagian yang paling dekat dengan pelanggan, tentu merupakan
sasaran yang paling tepat untuk memperbaiki proses, dalam manajemen ini
memiliki peranan yang strategis dalam peningkata mutu.
Salah satu konsep dasar Total Quality
Manajemen dalam pendidikan adalah konsep tim, artinya para anggota organisasi
pendidikan dalam satuan pendidikan, bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
untuk suatu tujuan yang ditetapkan dengan fokus kualitas pelanggan belajar,
yang berimplikasi pada kualitas lulusan sebagai produk dari pendidikan. Prinsip
esensial dari TQM adalah upaya mengerjakan sesuatu dengan benar dari sejak awal
setiap waktu, serta memfokuskan pada spesifikasi apa yang diharapkan oleh
pelanggan dan klien.
Dalam konsep TQM organisasi dipandang
sebagai suatu sistem yang memiliki input, proses dan output. Produk merupakan
hasil suatu proses yang menggabungkan paling sedikit empat unsur, yaitu mesin,
metode, material, dan manusia. Dapat juga dikatan bahwa TQM tidak menghendaki organisasi
terlalu berorientasi hasil produk, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana
dengan proses yang baik dan sehat serta sesuai dengan prinsip-prinsip
organisasi. Selain itu diharapakan dapat menghasilkan produk pendidikan yang
unggul.
Klien dalam pendidikan adalah para
peserta didik, sedangkan pelanggan adalah mereka yang membayar pendidikan
seperti orang tua dan pemerintah dan lainnya. Dalam pengelolaan lembaga
pendidikan Islam,
Berkaitan dengan konsep pelanggan
internal dan eksternal tersebut, maka dalam manajemen pendidikan, faktor-faktor
yang mempengaruhi karakteristik kualitas pendidikan antara lain: manusia,
metode, kebijaksanaan, material, perlengkapan yang digunakan, dukungan anggaran
sesuai kebutuhan dan faktor lain yang dapat memberikan kepuasan mutu yang
diperolehnya.
C.
Penerapan TQM Sebagai Upaya Peningkatan Mutu
pendididkan
TQM disekolah adalah upaya peningkatan mutu pendidikan.
Jadi penerapan TQM bukan sekadar program manajemen yang di tunjukan untuk
pelengkap dan pemanis kegiatan saja, melainkan memang di butuhkan untuk
meningkatkan kualitas produktiitas kerja. TQM menganut prinsip kepuasan
pelanggan, respek terhadap setiap orang menejemen erdasakan fakta. Dan
perbaikan berkesinambungan. Ada beberapa yang harus di terapkan dalam kegiatan
organisasi yang merupakan unsur yang berfugsi saling mendukung dan menbentuk
bangunan TQM yaitu sebagai berikut .
1.
Kerja Tim
Kerja
sama merupakan suatu bentuk kekompakan pada sebuah tim atau kelomppok. Kerja
sama dilakukan oleh seluruh warga sekolah, baik itu itu pihak internal maupun
pihak eksternal. Pihak internal terdiri dari: kepala sekolah, guru, siswa, dan
karyawan sekolah. Sementara pihak eksternal terdiri dari: peran serta
masyarakat.
2.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah suatu kegiatan dalam membibing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga
tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan bersama. Pengertian pendidikan
bersifat universal, berlaku, dan terdapat kepemimpinan di berbagai bidang
kegiatan atau hidup manusia.
Pengertian
umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk
dapaat menpengaruhi,mendorang, mengajak, menuntun, dan memaksa orang lain agar
ia menerima pengaruh tersebut, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat menbantu
pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.
3.
Adanya komonikasi
Komonikasi
adalah penyampaian informasi, ide atau gagasan, pendapat, dan saran-saran guna
melancarkan kerja samaa sekelompok orang untuk mencapaai tujuan tertentu.
Komoonikasi menpuyai peranan yang sangat penting. Komonikasi yang efektif
hanyaa akan berlangsung apabila setip induvidu menperlakukan induvidu yang lain
sebagai subjek yang dilakukan dalam
bentuk saling menghormati, saling menghargai dan saling menpercayai.
D.
Implementasi TQM dalam lembaga pendidikan
Menurut
zahroh (2014:93) mutu dapat di ukur dari kepuasan pelanggan atau pengguna
pendidikan. Beranjak dari hal tersebut maka implementasi TQM dilembaga pendidikan
ada beberapa hal yang harus di perhatikan
pertama adanya perbaikan terus – menerus.
Kedua
adanya standar mutu setiap lembaga pendidikan atau sekolah pasti menpunyai
standar tersenderi untuk mengembangkan mutu lembaganya tersebut.adanya standar
itu bertujuan sebagai dasar atau landasan dalam pengembangan mutu.
Ketiga
adanya perubahan budaya ataau kultur. Pada tahap ini lembaga pendidikan harus
padai menyeleksi budaya atau kultur yang ada pada lembaganya.
Keempat
adanya perubahan organisasi, yang dianggap kurang efektif hendaknya juga di
tinggalkan. Organisasi harus di arahkan pada upaya pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan. Semua anggota organisasi harus aktif dan selalu mengadakan
kerja sama dalam upaya peningkatan mutu. Perubahan organisasi itu harus
bersifat menyeluruh.
Kelima,
adanya usaha untuk mempertahankan hubungan baik dengan para pelanggan. Hubungan
baik dengan para pelanggan pendidikan memang seharusnya selalu dijaga dengan
baik, harus ada komunikasi yang terjalin antara pihak lembaga pendidikan atau
sekolah dengan pelanggan pendidikan.
Prosedur
dalam mengimplementasikan TQM pada dasarnya menempuh tiga tahapan sebagai
berikut:
a. Persiapan
Tahapan
persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum TQM
dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah
membentuk tim dan melaksanakan pelatihan TQM bagi tim.
b. Pengembangan Sistem
Berdasarkan
tahapan persiapan, pengembangan sisitem dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: Peninjauan dan pengembangan model atau sisitem yang ada
melalui penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan serta melakukan
penyiapan akhir baik sember daya manusia maupun nonmanusian secara cermat dan
akurat dalam memasuki tahapan implementasi sistem kualitas.
c. Implementasi Sistem
Tahapan
implementasi sistem menunjuk pada langkah-langkah sebagai berikut: melaksanakan
uji coba sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu berdasarkan siklus PDCA
(plan, do, check, act)., anggota tim
menginformasikan kepada pimpinan maupun steering
commite dengan uji coba sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan
secara rinci, tim mengumpukan data dan informasi dari pelanggan, melakukan
tindakan koreksi dan pencegahan sesuai dengan harapan pelanggan dan
melaksanakan rapat pemimpin dan pelaksanaan sisitem jaminan kualitas berkaitan
dengan seluruh balikan yang ada untuk menghasilkan atau membuat modifikasi
proses yang diharapkan secara terus menerus dan berkesinambungan.
E.
Penerapan Total Quality Managemen dalam Proses
Pembelajaran
Menurut
zahroh (2014:125) Dalam proses pembelajaran, guru merupakan ujung tombak dalam
proses pendidikan. Proses pendidikan dan pembelajaran tidak akan berhasil
dengan baik tanpa peran guru. Dalam proses pembelajaran, guru berperan paling
menentukan melebihi metode atau materi. Peranan Total Quality Management (TQM) dilembaga pendidikan atau sekolah
adalah mengatur dan mengelola tugas guru pada proses pembelajaran.
Peranan
TQM di lembaga pendidikan atau sekolah akan dikelola dan diatur dengan baik
mulai dari masalah perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran lebih
diarahkan pada keaktifan siswa, dan tahap terakhir; yaitu pengadaan evaluasi
pembelajaran.
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah
menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Namun, yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus
dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Perencanaan pembelajarn adalah
pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasarn dan tujuan
pembelajaran tertentu, yakni perubahab perilaku serta rangkain kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagi upaya pencapain tujuan tersebut dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada.
2. Peleksanaan Pembelajaran Berbasis siswa
Pembelajaran berbasis siswa adalah
proses pembelajaran yang di tekankan pada keaktifitan siswa yang meliputi aspek
koqnitif,afektif dan psikomotor, dalaam pembelajaran. Dengan demikian dalam
pembelajaran siswa harus ditempatkan sebagai faktor utama. Dengan kata lain, di
tempatkan siswa dalam proses pembelajaran sebaagaai saabjek belajaar yang
meliki potensi dan proses pembelajaran, seharusnya di arahkan untuk menberikan
pengalaman belajar agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap siswa harus memiliki pengalaman belajar
secara optimal.
3. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas
Salah satu hal yang sangat penting dalam
pendidikan adalah adanya evaluasi yang baik. Hal ini karena dengan evaluasi
dapat diketahui ditentukan tingkat keberhasilan sekaligus juga dapat diukur
seberapa jauh hasi-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi dimaksukan
untuk menperoleh informasi mengenai jarak situasi yaang ada dan di harapkan.
Evaluasi berbasis kelas merupakan bagian
integral dalam proses pembelajaran yang dilakukan sebagai proses pengumpulan
dan pemanfaatan informasi yang menyeluruh tentang hasil belajar yang di peroleh
siswa untuk menetapkan tingkat pencapaiaan dan penguasaan kopetensi seperti
yang di tentukan dalam kurikulum dan sebagai upan balik perbaikan proses
pembelajaran.
F.
Perbaikan Terus-menerus
Menurut Sallis (2008:76),TQM adalah
sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam menjalankan roda orgaanisasi
yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kiaennya. Tujuannya adalah
untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan merupakan sekumpulan slogan,
namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai
tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi
kebutuhan dan kenginan pelanngan. TQM dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan
tanpa henti hinnga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap
komponen dalam organisasi tersebut.
Sebagai sebuah pendekatan, TQM mencari
sebuah perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi, dari tujuan,
kelayakan, jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan,
melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan menperaktekan TQM, akan
mengalami siklus perbaikan secara terus-menurus. Semangat tersebut akan
menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan
merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbakan terus-menerus,
seorang manejer harus menpercai stafnya dan mendelegesi kan keputusan pada
tingkatan-tingkatan yang tepat, hal tersebut bertujuan untuk menberikan staf
sebuah tanggang jawab untuk menyampaikan mutu daalam lingkungan mereka. Staf
membutuhkan kebebesan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan
organisasi yang sudah diketahui.
Menurut Mulyasa (2005: 230) mengatakan
perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan kualitas dan proses. Komitmen
terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi
bersama, serta pemberdayaan semua tenaga kependidikan untuk mewujudkan visi
sekolah. Perbaikan berkesinambungan bergantung pada dua unsur yaitu,
mempelajari proses, alat, dan keterampilan yang tepat serta menerapkan keterampilan-keterampilan
baru tersebut dalam berbagai kegiatan disekolah. Proses perbaikan
berkesinambungan dapat dilakukan berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Siklus ini merupakan siklus perbaikan
yang never-ending dan berlaku pada
semua kegiatan sekolah, misalnya penerimaan siswa baru, evaluasi akhir, dan
penjadwalan pembelajaran.
G.
Kaizen
Menurut Sallis (2008:77-78) Kaizen Adalah
perbaikan sedikit demi sedikit (step by
step improvement). Esensi kaizen
adalah proyek kecil yang berupaya untuk menbangun kesuksesan dan kepercayaan
diri, dan mengembangkan dasar peningkatan selanjutnya.
Joseph Juran pernah berilustrasi tentang
proyek besar dan kecil. Dia berpendapat bahwa metode yang paling byek aik untuk
mengerjakan proyek besar adalah dengan memisahkan ke dalam pekerjaan-pekerjaan
kecil yang terkendali. Dia merekomendasikan sebuah tim kerja untuk
memilah-milah proyek besar tersebut menjadi kerja-kerja kecil. Karena,
sebagaimana yang kita ketahui, perubahan yang solib dan bertahan lama
didasarkan pada kontinuitas rangkain proyek yang kecil dan mungkin. Sebuah
institusi harus melakukan aktifitas dengan teliti,proses demi proses, isu demi
isu. Dalam jangka tertentu , metode ini lebih berhasil dari pada langsung melakukan
perubahan dalam skala besar. Hal lain yang perlu ditekankan untuk melakukan
perbaikan mutu adalah bahwa implementasi tersebut tidak harus menjadi proses
yang mahal. Menghabiskan uang tidak harus menjadi proses yang mahal.
Menghabiskan uang tidak dengan bisa menghasilkan mutu, meskipun dalam
tahap-tahap tertentu dapat membantu.
H.
Perubahan Kultur
Menurut Sallis (2008:78-79) TQM mermelukan
perubahan kultur. Ini terkenal sulit untuk di wujudkan dan membutuhkan waktu
yang cukup lama. TQM membutuhkan perubahan sikap dan metode. Staf dalam
institusi harus memahami dan melaksanakan pesan moral TQM agar bisa membawa
dampak. Bagaimanapun juga, perubahan kultur tidak hanya bicara tentaang berubah
perilaku staf, tapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah
institusi. Perubahan metode tersebut di tandai dengan sebuah institusi.
Perubahan metode tersebut ditandai dengan sebuah pemahaman bahwa orang
menghasilkan mutu.
Ada hal dua penting yang diperlukan
staaf untuk menghasilkan mutu. Pertama,
staf membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Membutuhkan
alat-alat keterampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang
sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Lingkungan yang mengelilingi staf
memiliki pengaruh yaang sangat besar terhadap kemanpuan mereka dalam
mengerjakan pekerjaan secara tepat dan efektif. Di antara ciri-ciri lingkungan
yang membantu tersebut adalah sistem dan produser dalam suatu organisasi memotivasi
dan meningkatkan kerja mereka. Prosedur yang baik dan motivatif memang tidak
serta-merta akan menghasilkan mutu, namun prosedur yang tidak baik dan
salah-asuh justru akan menbuat mutu menjadi sulit dicapai.
Kedua,
untuk melakukan pekerjaan dengan baik, staf
memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi
yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai prestasi
mereka dan membibing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. Motivasi
untuk melakukan pekerjaan yang baik adalah hasil dari sebuah gaya kepemimpinan
dan dari atmosfir lingkungan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta
memberdayakan setitap induvidu di dalamnya.
I.
Organisasi Terbalik
Menurut Sallis (2008:80-781) kunci sukses
kultur adalah mata rantai internal-eksternal yang efektif antara
pelanggan-produsen. Begitu konsep tesebut dalam genggaman atau berhasil di
jalankan, maka ada implikasi yang luar biasa besar terhadap organisasi dan pola
hubungan yang ada didalamnya. Dalam kultur TQM, peran manajemen senior dan
menengah adalah memberi dukungan dan wewenang kepada para staf dan pelajar,
bukan mengontrol mereka. Dalam konteks pendidikan, TQM merubah pola hubungan
dengan memberikan sebuah fokus pelanggan yang jelas. Kenyataannya kepemimpinan
sangat penting bagi kesuksesan TQM. Hirarki terbalik menekankan pada pola
hubungan yang berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi
inttitusi.
J.
Menjaga Hubungan Dengan Pelanggan
Menurut Sallis (2008:82-83) misi utama
dari sebuah institusi TQM adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya.
Organisasi yang unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang
unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang dalam istilah peters
dan Weter-man, menjaga hubungan dengan pelangganya dan memiliki obsesi terhadap
mutu, mereka mengakui bahwa perubuhan dan pekerbangan sebuah institusi
bersumber dari kesesuain layanan instutusi bersumber dari kesesuain layanan
intitusi dengan kebutuhan pelanggan. Mutu harus sesuai dengan harapan dan
keinginan dan klien. Mutu adalah sesuatu yang diinginkan pelanggan dan bukan
apa yang terbaik bagi mereka menurut institusi. Tanpa pelanggan, tidak akan ada
institusi.
Akan tetapi, fokus terhadap pelanggan
saja bukan berarti telah memenuhi tuntutan dan persyaratan Mutu terpadu. Organisasi TQM memerlukan strategi yang berjalan
untuk memenuhi keperluan pelanggan. Pendidikan menghadapi tantangan yang cukup
besar dalam hubunganya dengan para pelanggan eksternal.
Menurut Marylou (2010:87) dalam TQM
pengguna apapun dari produk atau jasa depertemen anda dianggap “pelanggan”
bahkan orang dalam perusahaan atau agen anda adalah “pelanggan anda” TQM
menbedakan orang dalam organisasi anda sebagai pelanggan (internal) dan orang
di luar organisasi sebagai pelanggan (eksternal).
K.
Kolega Sebagai Pelanggan
Menurut Sallis (2008:82-783) aspek fokus
pelanggan TQM tidak . hanya melibatkan perlunya pemenuhan kebutuhan pelanggaan
eksternal. Kolega dalam institusi adalah juga pelanggan, yang memerlukan pelayanan
internal agar mereka mampu mengerjakan tugas secara efektif. Setiap orang yang
bekerja dalam sekolah, perguruaan tinggi atau universitas adalah penyedia jasa
sekaligus pelanggan. Hubungan antar pelanggan internal sangatlah penting agar
sebuah institusi berfungsi secara efektif dan efesien. Metode terbaik untuk
mengembangkan fokus pelanggan internal adalah membantu induvidu anggota staf
agar maampu mengidenfikasi para penerima jasa mereka.
L.
Pemasaran Internal
Menurut Sallis (2008:83-784) Staf adalah
pihak yang menbuat perbedaan mutu. Mereka menghasilkan kesuksesan dan
memuaskan-kan klien. Pemasaran alat yang berguna untuk menciptakan komonikasi
dengaan staf. Hal ini bertujuan agar mereka tahu informasi tentang apa yang
terjadi dalam istitusi dan memiliki kesempatan untuk memperbaharui ide-ide
mereka. Singkatnya pemasaran internal adalah keharusan agar ide, produk, dan
jasa dapat dipasarkan kepada para staf seefektif kepada para klien. Staf tidak
menyempaikan pesan institusi terhadap pelanggan potensial tanpa pengetahuaan
yang tapat tentang produk dan antuesiasme tehadap tujuan-tujuan institusi.
Pemasaran internal adalah sebuah tahap utama dari komunikasi ide. Hal ini
merupakan proses yang positif dan pro-aktif yang memerlukan sebuah komitmen
memberdayakan agar staf selalu mengetahui informasi dengan terus mendengar
pendapat mereka.
M.
Profesionalsme dan Fokus Pelanggan
Menurut Sallis (2008:85-86) ada demensi
lain tentang kerja profesional dalam pendidikan yang secara tradisional melihat
diri mereka sendiri sebagai pelindung dari mutu dan standar institusi. Penakana
TQM pada kedaulatan pelanggan dapat menyebabkan konflik dengan konsep-konsep
profesional tradisional. Ini merupakan masalah yang rumit, dan menjadi sesuatu
yang perlu di pertimbangkan oleh institusi pindidikan yang menggunakan prosedur
mutu terpadu. Pelatihan guru dan konsep-konsep mutu merupakan elemen penting
dalam upaya merubah kultur. Staf harus paham bagaimana mereka dan muridnya
mendapatkan manfaat daris pokus terhadap pelanggan. Mutu terpadu bukan sekadar
menbuat pelanggan senang dan tersenyum. Mutu terpadu adalah mendengarkan dan
berdialog tentang kekawatiran dan aspirasi pelanggan. Aspek terbaik dari
profesional adalah perhatian serta standar akademi dan kejuruan tinggi.
Memadukan aspek terbaik dari profesionalisme dengan mutu terpadu merupakan hal
yang esensial untuk mencapai sukses.
Menurut Mulyasa (2005: 228) mengatakan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalan TQM. Oleh sebab itu,
indentifikasi pelanggan pedidikan dan kebutuhan mereka merupakan aspek krusial.
Ivancevich (1992) menyatakan bahwa langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah
memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Pandangan ini
dikenal secra luas tetapi diterima universal.
N.
Mutu Pembelajaran
Menurut Sallis (2008:85-87) Pendidikan
adalah tentang pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki
relevansi dalam pendidikan, maka ia harus menberi penekanan pada mutu pelajar.
Itu tidak akan terwujud jika TQM tidak menberi kontribusi yang subtasial bagi
mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagiaan besar intitusi pendidikan dituntut
untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk menfokuskan diri pada
akta aktipitas utama pembelajaran.
Semua pelajar berbeda satu sama lainnya,
dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan kecendrungan
mereka masing-masing. Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harrus menangkap secara
serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan
strategi individualisasi dan diferensasi dalam pembelajaran. Pelajar adalah
pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan induvidu
masing-masing mereka, maka itu berarti bahwa institusi tersebut tidak dapat
mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu.
Institusi pendidikan memiliki kewajiban
untuk menbuat pelajar sadar terhadap pariasi metode pembelajaran yang di
berikan kepada mereka. Institusi pendidikan harus memberi pelajar kesempatan
untuk mencontoh pembelajaran yang variasi model yang berbeda. Intitusi harus
memahami bahwa beberapa pelajar juga suka kombinasi beberapa gaya belajar dan
institusi harus mencoba untuk cukup pleksibel dalam menberikan pilihan
tersebut.
Intitusi pendidikan juga perlu
menggunakan hasil pengawasan formal untuk menetapkan keabsahan progaramnya.
Institusi pendidikan haarus siap untuk melakukan langkah-langkah perbaikan
terhadap kinerja pelajar yang belum sesuai dengan harapan dan keinginan mereka. Sebagaimana yang di
ketahui oleh para guru, hal ini bukan hal yang mudah. Karena hal ini bisa saja
menjaadi pengalaman emosional dan dapat menbawa perubahan yang tak terduga.
Yang perlu di tegaskan adalah langkah-langkah perbaaikan tersebut bertujuan
untuk menberikan motivasi dan pengalaman
praktek kepada para pelajar tentang penggunaan TQM yang dapat
menyesuaikan diri dalm situasi apapun.
O.
Kenda-kendala Yang Harus Diatasi Ketika
Memperkenalkan TQM
Menurut Sallis (2008: 89) kendala yang
harus diatasi ketika memperkenalkan TQM adalah kerja keras dan waktu. Karena
jika dua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme
kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi
tantangan dan perubahan dalam pendidikan.
TQM mengharuskan kesetiaan jangka
panjang staf senior terhadap intuisi. Karena, tidak tertutup kemungkinan
manjemen senior sendiri bisa menjadi problem. Kekhawatiran manajer senior dalam
mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala utamanya, hal ini
merupakan rintangan atau kendala yang sangat serius. Ketika manajer senior
tidak mampu mendukung TQM, maka sangat kecil kemungkinan orang lain di
organisasi tersebut akan mampu melaksanakannya.
Volume tekanan eksternal juga bisa
menghalangi upaya sebuah organisasi dalam menerapkan TQM. Walupun
program-program mutu disampaikan dengan publikasi yang besar-besaran,
seringkali program-program tersebut tergilas oleh inisiatif lain. Perlu
diperhatikan bahwa meskipun ada tekanan lain, mutu harus selalu menjadi
prioritas utama dalam agenda. Dalam hal ini, perencanaan strategis memiliki
peranan penting.
Perencanaan strategis dapat membantu
staf untuk memahami misi intuisi. Ia juga dapat menjembatani jurang dalam
komunikasi. Ada tuntutan bagi para staf untuk mengetahui tujuan intuisi dan
bagaimana tujuan tersebut akan berubah dan berbeda dimasa mendatang.
Dalam wikipedia praktek-praktek yang
menghambat dalam TQM adalah sebagai berikut:
1.
Pemimpin
tidak memberi arah yang jelas
2. Tidak mengerti atau mengabaikan posisi
kompetitif
3. Bekerja hanya untuk diri sendiri
4. Kualitas membingungkan dengan kelas
5. Menerima bahwa tingkat cacat atau
kesalahan dalam terelakkan
6. Perilaku reaktif
7. Memiliki sikap “itu bukan masalah saya
P.
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi TQM
1. Leadership
Kepemimpinan adalah
kualitas yang harus
dimiliki seorang pemimpin dalam
kegiatannya mempengaruhi perilaku orang banyak, agar mau
bekerjasama dalam mencapai
sesuatu tujuan. Kepemimpinan merupakan
salah satu pilar
penting dalam TQM, karena
organisasi tidak ada
artinya tanpa kepemimpinan
yang memadai.
Prinsip-prinsip tersebut antara
lain bahwa pimpinan lembaga pendidikan
hendaknya memiliki tekad
yang kuat untuk terus menerus memperbaiki mutu,
memiliki sikap pelayanan dengan cara membantu orang-orang dalam lembaganya
2.
Recruitment
dan Pelatihan
Staf
yang bertugas harus
memiliki kompetensi agar
dapat melaksnakan tugasnya dengan
baik. Kualitas sistem
memerlukan rincian pemilihan staf,
pelatihan, kompetensi dan
motivasi serta kebijakan untuk
pengembangan karir. Pengembangan
staf memerlukan suatu
rencana dari lembaga
dan analisa proses, disamping sistem
monitoring dan evaluasi
efektivitas program pelatihan
jangka panjang dan jangka pendek yang diperlukan dalam program ini.
Staf yang memperoleh
pendidikan secara lebih
baik dinilai lebih dapat mengambil bagian dalam peningkatan kualitas.
3.
Sistem
Reward
Lembaga
perlu untuk merinci
kebijakan yang menyangkut kesempatan yang
sama dan metode serta
prosedur yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Kebijakan atas
kesempatan yang sama perlu
juga diiringi dengan
sistem reward (imbalan,
penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan memungkinkan staf
merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
4.
Aturan
organisasi
Keberhasilan penerapan
TQM dalam lembaga
pendidikan lebih banyak disebabkan
oleh sistem dan
prosedur yang diorganisir
dan didesain secara komprehensif
dan terintegrasi dalam
suatu ketentuan yang disepakati dan dapat dilaksanakan secara konsisten
dan terpadu.
5.
Budaya
Kerja
Setiap orang dalam lembaga bekerja sama
dalam mendukung proses transformasi dalam suasana saling menghargai, saling
mempercayai, saling pengertian dan
saling membantu untuk
mencapai suatu tujuan. Transformasi
budaya kerja merupakan
keterpaduan berbagai
individu dalam peran-peran
secara optimal sesuai
dengan keahlian bidang kerja masing-masing guna
mewujudkan sasaran yang telah
ditetapkan.
Q.
Karakteristik Total Quality Management (TQM)
Dalam
wikipedia Kehadiran TQM sebagai paradigma baru
menuntut komitmen jangka panjang dan
perubahan total atas
paradigma manajemen tradisional.
Secara sederhana, paradigma dapat diartikan cara pandang atau cara berpikir.
Secara umum (Tjiptono, 1995: 15 -18) karakteristik TQM adalah sebagai berikut:
1.
Fokus
pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal
maupun eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan
kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada
mereka, sedangkan pelanggan
internal menentukan kualitas manusia,
proses, dan lingkungan
yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2.
Obsesi
terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
pelanggan internal dan eksternal
menentukan kualitas. Dengan
kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus
terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa
yang ditentukan tersebut.
Oleh karena itu,
karyawan harus mengerjakan
pekerjaan sesuai pembagian
3.
Pendekatan
ilmiah
Pendekatan ilmiah
sangat diperlukan dalam
penerapan TQM, terutama untuk
mendesain pekerjaan dan
dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan
yang didesain tersebut.
4.
Komitmen
jangka panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam
menjalankan bisnis. Untuk itu dibutuhkan
budaya perusahaan yang
baru juga. Oleh karena
itu, komitmen jangka
panjang sangat penting
guna mengadakan perubahan budaya
agar penerapan TQM
dapat berjalan dengan sukses.
5.
Kerja
sama tim (teamwork)
Perusahaan yang menerapkan TQM harus
membangun kerja sama tim yang baik. Kerja sama dibangun antara karyawan dan
manajer dan antar karyawan.
Perusahaan juga harus
menjalin kerja sama secara baik dengan pihak-pihak lain.
6.
Perbaikan
sistem secara berkesinambungan
Setiap
produk dan jasa
yang dihasilkan dengan
memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam
suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus
menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.
7.
Pendidikan
dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan bagi perusahaan yang menerapkan TQM
adalah faktor yang
sangat fundamental. Setiap
orang diharapkan dan didorong
untuk terus belajar.
Dengan belajar, setiap
orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis
dan keahlian profesionalnya.
8.
Kebebasan
yang terkendali
Dalam
TQM keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung
jawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat.
9.
Kesatuan
tujuan
Agar
TQM dapat diterapkan
dengan baik maka
perusahaan harus memiliki kesatuan
tujuan. Dengan demikian
setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
10.
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Ada dua manfaat yang bisa diambil dengan
adanya keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan. Pertama, hal
ini dimungkinkan untuk mendapatkan keputusan
yang baik, rencana
yang lebih baik,
atau perbaikan yang lebih
efektif pula. Kedua,
keterlibatan karyawan juga meningkatkan
rasa memiliki dan
tanggung jawab atas keputusan dengan
melibatkan orang-orang yang
harus melaksanakannya.
R.
Filosofi Baru
Menurut Prawirosentono (2007: 10) dalam
bukunya yang berjudul Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu bahwa para
manager atau pemimpin harus membuat produk dengan mutu yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Tujuannya agar produk yang dibuat dapat dipakai dalam
masyarakat karena produk mempunyai mutu yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dasar dari filosofi mutu produk mempunyai beberapa prinsip sebagai
berikut:
1. Tidak ada pendekatan tunggal untuk
memecahkan masalah mutu produk dalam organisasi
2. Produk bermutu prima hanya dihasilkan oleh
organisasi yang mempunyai struktur organisasi yang baik, proses produksi yang
andal, dan manajemen pembelian bahan baku yang juga sangat baik.
Penerapan
Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut
“alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti
masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan. Delapan alat TQM yang
diuraikan adalah sebagai berikut.
1.
Curah pendapat (sumbang saran) –
Brainstorming, adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk
menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan
langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram
alur (bagan arus proses), adalah satu alat perencanaan dan analisis yang
digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk
tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah
perbaikan dalam proses.
3. Analisis
SWOT, adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah
dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman).
4. Ranking
preferensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk
memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5. Analisis
tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat), merupakan alat
analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu
masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6. Penilaian
kritis, adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap
proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk
memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada
alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking,
adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan
dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini
akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus.
Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga
menjadi yang terbaik.
8.
Diagram analisa medan daya (bidang
kekuatan), merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain
untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
Manfaat Penerapan TQM diorganisasi
menurut wikipedia adalah dengan
menerapkan TQM maka akan
dapat meningkatkan efisiensi,
mengurangi biaya, memperbaiki
moral dosen, karyawan
dan mahasiswa, meningkatkan produktivitas, mengurangi
pengerjaan ulang,
memperbaiki proses, mencapai
kerjasama yang baik,
memperbaiki komunikasi
karyawan, mengurangi masalah
mutu, memperbaiki kesadaran
mutu, pendokumentasian
system mutu, memperbaiki
system mutu, memenuhi
kepuasan stakeholder,
kepuasan stakeholder lebih baik, memperbaiki keyakinan
stakeholder, dan memperbaiki citra publik.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
TQM adalah suatu keinginan untuk selalu mencoba
mengerjakan segala sesesuatu dengan selalu baik sejak awal. TQM dapat dipahami
sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hinnga tujuan organisasi dapat dicapai
dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. Jepang memiliki
satu kata dalam yang menjelaskan perbaikan terus menerus yaitu kaizen. TQM mermelukan perubahan kultur.
Ini terkenal sulit untuk di wujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. TQM
membutuhkan perubahan sikap dan metode.
kunci sukses kultur adalah mata rantai
internal-eksternal yang efektif antara pelanggan-produsen. Begitu konsep
tesebut dalam genggaman atau berhasil di jalankan, maka ada implikasi yang luar
biasa besar terhaadap organisasi dan pola hubungan yang ada didalamnya. Dalam
kultur TQM, peran manajemen senior dan menengah adalah memberi dukungan dan
wewenang kepada para staf dan pelajar, bukan mengontrol mereka. Organisasi yang
unggul, baik negeri maupun swasta, adalah organisasi yang unggul, baik negeri
maupun swasta, adalah organisasi yang dalam istilah peters dan Weter-man,
menjaga hubungan dengan pelangganya dan memiliki obsesi terhadap mutu, mereka
mengakui bahwa perubuhan dan pekerbangan sebuah institusi bersumber dari
kesesuain layanan instutusi bersumber dari kesesuain layanan intitusi dengan
kebutuhan pelanggan.
Kendala yang harus diatasi ketika
memperkenalkan TQM adalah kerja keras dan waktu. Karena jika dua hal tersebut
tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan
terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi tantangan dan
perubahan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirosentono Suryadi. 2007. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara
Zahroh Aminatul. 2014. Total Quality Manajemen. Jakarta: AR-Ruzz Media
Sallis Edward. 2008. Total Quality Manajemen. Jogjakarta: IRCiSoD
Joann B. Haberer & Marylou.2010. Total Quality Manajemen. Jakarta:PT
Indeks
Baharuddin & Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang:
UIN-Maliki Press
Mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-content/uploads/2007/11/total-quality-management.pdf, html 22-11-15, 19.09
http://eprints.walisongo.ac.id/1143/3/081311018_Bab2.pdf, html 22-11-15, 19.10
https://lcpro.files.wordpress.com/2010/05/tugas_mpro_kartawan.pdf, html 22-11-15, 1920
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195306121981031, html 04-12-15, 17.40
No comments:
Post a Comment